Makalah Bimbingan Konseling


DASAR, PRINSIP
DAN PENDEKATAN BIMBINGAN DAN KONSELING
Tugas Disampaikan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Bimbingan dan Konseling
Dosen Pengampu:
Aam Kurnia, M.Pd



  
Disusun Oleh :
Khoiril Anwar
1210207056
Lulu Nurwalidah
1210207061
Marlinda Nurul Huda
1210207063

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA
JURUSAN MIPA
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG
TAHUN 2011


BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Dalam kehidupan Masyarakat ini sering terjadi adanya komunikasi antara individu dengan individu, individu dengan masyarakat dan masyarakat dengan masyarakat, sehingga menuntut individu atau sekelompok orang untuk mengetahui karakteristik dari masing – masing orang. Dengan begitu maka orang akan mudah memahami apa yang harus dilakukan dalam berinteraksi.
Bingbingan dan Konseling meruipakan metode yang baru untuk mempelajari karakteristik baik untuk peribadi maupun orang lain, sehingga siapapun yang mempelajari teori ini maka akan mudah untuk berkomunikasi. Untuk lebih jauh memahami Bingbingan dan Konseling akan dijelaskan dalam sub bab berikutnya.
B.     Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah disampaikan,  dikemukakan rumusan masalah sebagai berikut :
1.      Dasar – dasar Bingbingan dan Konseling
2.      Prinsip – prinsip Bingbingan dan Konseling
3.      Pendekatan Bingbingan dan Konseling

C.    Tujuan Penyusunan Makalah
Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang telah disampaikan dapat dikemukakan tujuan penyusunan makalah ini  yaitu untuk mengetahui lebih jauh tentang Bingbingan dan Konseling.
D.    Sistematika Penyusunan
            BAB I PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
B.     Perumusan Masalah
C.     Tujuan Penyusunan Makalah
D.    Sistematika Penyusunan Makalah
BAB II  ISI
A.    Dasar – dasar Bingbingan dan Konseling
B.     Prinsip – prinsip Bingbingan dan Konseling
C.     Perkembangan Bingbingan dan Konseling
BAB III  SIMPULAN
Simpulan
          DAFTAR PUSTAKA


BAB II
PEMBAHASAN

A.    Dasar-dasar atau Landasan Bimbingan dan Konseling
Membicarakan tentang landasan dalam bimbingan dan konseling pada dasarnya tidak jauh berbeda dengan landasan-landasan yang biasa diterapkan dalam pendidikan, seperti landasan dalam pengembangan kurikulum, landasan pendidikan non formal atau pun landasan pendidikan secara umum.
Dasar-dasar atau Landasan dalam bimbingan dan konseling pada hakekatnya merupakan faktor-faktor yang harus diperhatikan dan dipertimbangkan khususnya oleh konselor selaku pelaksana utama dalam mengembangkan layanan bimbingan dan konseling. Demikian pula, dengan layanan bimbingan dan konseling, apabila tidak didasari oleh fundasi atau landasan yang kokoh akan mengakibatkan kehancuran terhadap layanan bimbingan dan konseling itu sendiri dan yang menjadi taruhannya adalah individu yang dilayaninya (klien). Secara umum terdapat empat aspek pokok atau dasar yang mendasari pengembangan layanan bimbingan dan konseling, yaitu landasan filosofis, landasan psikologis, landasan sosial-budaya, dan landasan ilmu pengetahuan (ilmiah) dan teknologi. Selanjutnya, di bawah ini akan dideskripsikan dari masing-masing landasan bimbingan dan konseling tersebut :
1.    Landasan Filosofis
Landasan filosofis merupakan landasan yang dapat memberikan arahan dan pemahaman khususnya bagi konselor dalam melaksanakan setiap kegiatan bimbingan dan konseling yang lebih bisa dipertanggungjawabkan secara logis, etis maupun estetis.Landasan filosofis dalam bimbingan dan konseling terutama berkenaan dengan usaha mencari jawaban yang hakiki atas pertanyaan filosofis tentang : apakah manusia itu ? Untuk menemukan jawaban atas pertanyaan filosofis tersebut, tentunya tidak dapat dilepaskan dari berbagai aliran filsafat yang ada, mulai dari filsafat klasik sampai dengan filsafat modern dan bahkan filsafat post-modern. Dari berbagai aliran filsafat yang ada, para penulis Barat .(Victor Frankl, Patterson, Alblaster & Lukes, Thompson & Rudolph, dalam Prayitno, 2003) telah mendeskripsikan tentang hakikat manusia sebagai berikut :
·      Manusia adalah makhluk rasional yang mampu berfikir dan mempergunakan ilmu untuk meningkatkan perkembangan dirinya.
·      Manusia dapat belajar mengatasi masalah-masalah yang dihadapinya apabila dia berusaha memanfaatkan kemampuan-kemampuan yang ada pada dirinya.
·      Manusia berusaha terus-menerus memperkembangkan dan menjadikan dirinya sendiri khususnya melalui pendidikan.
·      Manusia dilahirkan dengan potensi untuk menjadi baik dan buruk dan hidup berarti upaya untuk mewujudkan kebaikan dan menghindarkan atau setidak-tidaknya mengontrol keburukan.
·      Manusia memiliki dimensi fisik, psikologis dan spiritual yang harus dikaji secara mendalam.
·      Manusia akan menjalani tugas-tugas kehidupannya dan kebahagiaan manusia terwujud melalui pemenuhan tugas-tugas kehidupannya sendiri.
·      Manusia adalah unik dalam arti manusia itu mengarahkan kehidupannya sendiri.
·      Manusia adalah bebas merdeka dalam berbagai keterbatasannya untuk membuat pilihan-pilihan yang menyangkut perikehidupannya sendiri. Kebebasan ini memungkinkan manusia berubah dan menentukan siapa sebenarnya diri manusia itu adan akan menjadi apa manusia itu.
·      Manusia pada hakikatnya positif, yang pada setiap saat dan dalam suasana apapun, manusia berada dalam keadaan terbaik untuk menjadi sadar dan berkemampuan untuk melakukan sesuatu.
Dengan memahami hakikat manusia tersebut maka setiap upaya bimbingan dan konseling diharapkan tidak menyimpang dari hakikat tentang manusia itu sendiri. Seorang konselor dalam berinteraksi dengan kliennya harus mampu melihat dan memperlakukan kliennya sebagai sosok utuh manusia dengan berbagai dimensinya.
2.      Landasan Psikologis
Landasan psikologis merupakan landasan yang dapat memberikan pemahaman bagi konselor tentang perilaku individu yang menjadi sasaran layanan (klien). Untuk kepentingan bimbingan dan konseling, beberapa kajian psikologi yang perlu dikuasai oleh konselor adalah tentang : (a) motif dan motivasi; (b) pembawaan dan lingkungan, (c) perkembangan individu; (d) belajar; dan (e) kepribadian.
a.      Motif dan Motivasi
Motif dan motivasi berkenaan dengan dorongan yang menggerakkan seseorang berperilaku baik motif primer yaitu motif yang didasari oleh kebutuhan asli yang dimiliki oleh individu semenjak dia lahir, seperti : rasa lapar, bernafas dan sejenisnya maupun motif sekunder yang terbentuk dari hasil belajar, seperti rekreasi, memperoleh pengetahuan atau keterampilan tertentu dan sejenisnya. Selanjutnya motif-motif tersebut tersebut diaktifkan dan digerakkan,– baik dari dalam diri individu (motivasi intrinsik) maupun dari luar individu (motivasi ekstrinsik)–, menjadi bentuk perilaku instrumental atau aktivitas tertentu yang mengarah pada suatu tujuan.
b.      Pembawaan dan Lingkungan
Pembawaan dan lingkungan berkenaan dengan faktor-faktor yang membentuk dan mempengaruhi perilaku individu. Pembawaan yaitu segala sesuatu yang dibawa sejak lahir dan merupakan hasil dari keturunan, yang mencakup aspek psiko-fisik, seperti struktur otot, warna kulit, golongan darah, bakat, kecerdasan, atau ciri-ciri-kepribadian tertentu. Pembawaan pada dasarnya bersifat potensial yang perlu dikembangkan dan untuk mengoptimalkan dan mewujudkannya bergantung pada lingkungan dimana individu itu berada. Pembawaan dan lingkungan setiap individu akan berbeda-beda. Ada individu yang memiliki pembawaan yang tinggi dan ada pula yang sedang atau bahkan rendah. Misalnya dalam kecerdasan, ada yang sangat tinggi (jenius), normal atau bahkan sangat kurang (debil, embisil atau ideot). Demikian pula dengan lingkungan, ada individu yang dibesarkan dalam lingkungan yang kondusif dengan sarana dan prasarana yang memadai, sehingga segenap potensi bawaan yang dimilikinya dapat berkembang secara optimal. Namun ada pula individu yang hidup dan berada dalam lingkungan yang kurang kondusif dengan sarana dan prasarana yang serba terbatas sehingga segenap potensi bawaan yang dimilikinya tidak dapat berkembang dengan baik.dan menjadi tersia-siakan.
c.       Perkembangan Individu
Perkembangan individu berkenaan dengan proses tumbuh dan berkembangnya individu yang merentang sejak masa konsepsi (pra natal) hingga akhir hayatnya, diantaranya meliputi aspek fisik dan psikomotorik, bahasa dan kognitif/kecerdasan, moral dan sosial. Beberapa teori tentang perkembangan individu yang dapat dijadikan sebagai rujukan, diantaranya : (1) Teori dari McCandless tentang pentingnya dorongan biologis dan kultural dalam perkembangan individu; (2) Teori dari Freud tentang dorongan seksual; (3) Teori dari Erickson tentang perkembangan psiko-sosial; (4) Teori dari Piaget tentang perkembangan kognitif; (5) teori dari Kohlberg tentang perkembangan moral; (6) teori dari Zunker tentang perkembangan karier; (7) Teori dari Buhler tentang perkembangan sosial; dan (8) Teori dari Havighurst tentang tugas-tugas perkembangan individu semenjak masa bayi sampai dengan masa dewasa.
Dalam menjalankan tugas-tugasnya, konselor harus memahami berbagai aspek perkembangan individu yang dilayaninya sekaligus dapat melihat arah perkembangan individu itu di masa depan, serta keterkaitannya dengan faktor pembawaan dan lingkungan.
d.      Belajar
Belajar merupakan salah satu konsep yang amat mendasar dari psikologi. Manusia belajar untuk hidup. Tanpa belajar, seseorang tidak akan dapat mempertahankan dan mengembangkan dirinya, dan dengan belajar manusia mampu berbudaya dan mengembangkan harkat kemanusiaannya. Inti perbuatan belajar adalah upaya untuk menguasai sesuatu yang baru dengan memanfaatkan yang sudah ada pada diri individu. Penguasaan yang baru itulah tujuan belajar dan pencapaian sesuatu yang baru itulah tanda-tanda perkembangan, baik dalam aspek kognitif, afektif maupun psikomotor/keterampilan. Untuk terjadinya proses belajar diperlukan prasyarat belajar, baik berupa prasyarat psiko-fisik yang dihasilkan dari kematangan atau pun hasil belajar sebelumnya.
Untuk memahami tentang hal-hal yang berkaitan dengan belajar terdapat beberapa teori belajar yang bisa dijadikan rujukan, diantaranya adalah : (1) Teori Belajar Behaviorisme; (2) Teori Belajar Kognitif atau Teori Pemrosesan Informasi; dan (3) Teori Belajar Gestalt. Dewasa ini mulai berkembang teori belajar alternatif konstruktivisme.
e.       Kepribadian
Kepribadian adalah organisasi dinamis dalam diri individu sebagai sistem psiko-fisik yang menentukan caranya yang unik dalam menyesuaikan diri terhadap lingkungannya. Kata kunci dari pengertian kepribadian adalah penyesuaian diri. Scheneider dalam Syamsu Yusuf (2003) mengartikan penyesuaian diri sebagai “suatu proses respons individu baik yang bersifat behavioral maupun mental dalam upaya mengatasi kebutuhan-kebutuhan dari dalam diri, ketegangan emosional, frustrasi dan konflik, serta memelihara keseimbangan antara pemenuhan kebutuhan tersebut dengan tuntutan (norma) lingkungan.
Untuk menjelaskan tentang kepribadian individu, Abin Syamsuddin (2003) mengemukakan tentang aspek-aspek kepribadian, yang mencakup :
·           Karakter; yaitu konsekuen tidaknya dalam mematuhi etika perilaku, konsiten tidaknya dalam memegang pendirian atau pendapat.
·           Temperamen; yaitu disposisi reaktif seorang, atau cepat lambatnya mereaksi terhadap rangsangan-rangsangan yang datang dari lingkungan.
·           Sikap; sambutan terhadap objek yang bersifat positif, negatif atau ambivalen.
·           Stabilitas emosi; yaitu kadar kestabilan reaksi emosional terhadap rangsangan dari lingkungan. Seperti mudah tidaknya tersinggung, sedih, atau putus asa.
·           Responsibilitas (tanggung jawab), kesiapan untuk menerima resiko dari tindakan atau perbuatan yang dilakukan. Seperti mau menerima resiko secara wajar, cuci tangan, atau melarikan diri dari resiko yang dihadapi.
·           Sosiabilitas; yaitu disposisi pribadi yang berkaitan dengan hubungan interpersonal. Seperti: sifat pribadi yang terbuka atau tertutup dan kemampuan berkomunikasi dengan orang lain.
Untuk kepentingan layanan bimbingan dan konseling dan dalam upaya memahami dan mengembangkan perilaku individu yang dilayani (klien) maka konselor harus dapat memahami dan mengembangkan setiap motif dan motivasi yang melatarbelakangi perilaku individu yang dilayaninya (klien). Selain itu, seorang konselor juga harus dapat mengidentifikasi aspek-aspek potensi bawaan dan menjadikannya sebagai modal untuk memperoleh kesuksesan dan kebahagian hidup kliennya. Begitu pula, konselor sedapat mungkin mampu menyediakan lingkungan yang kondusif bagi pengembangan segenap potensi bawaan kliennya. Terkait dengan upaya pengembangan belajar klien, konselor dituntut untuk memahami tentang aspek-aspek dalam belajar serta berbagai teori belajar yang mendasarinya. Berkenaan dengan upaya pengembangan kepribadian klien, konselor kiranya perlu memahami tentang karakteristik dan keunikan kepribadian kliennya. Oleh karena itu, agar konselor benar-benar dapat menguasai landasan psikologis, setidaknya terdapat empat bidang psikologi yang harus dikuasai dengan baik, yaitu bidang psikologi umum, psikologi perkembangan, psikologi belajar atau psikologi pendidikan dan psikologi kepribadian.
3.      Landasan Sosial-Budaya
Landasan sosial-budaya merupakan landasan yang dapat memberikan pemahaman kepada konselor tentang dimensi kesosialan dan dimensi kebudayaan sebagai faktor yang mempengaruhi terhadap perilaku individu. Seorang individu pada dasarnya merupakan produk lingkungan sosial-budaya dimana ia hidup. Sejak lahirnya, ia sudah dididik dan dibelajarkan untuk mengembangkan pola-pola perilaku sejalan dengan tuntutan sosial-budaya yang ada di sekitarnya. Lingkungan sosial-budaya yang melatar belakangi dan melingkupi individu berbeda-beda sehingga menyebabkan perbedaan pula dalam proses pembentukan perilaku dan kepribadian individu yang bersangkutan. Apabila perbedaan dalam sosial-budaya ini tidak “dijembatani”, maka tidak mustahil akan timbul konflik internal maupun eksternal, yang pada akhirnya dapat menghambat terhadap proses perkembangan pribadi dan perilaku individu yang besangkutan dalam kehidupan pribadi maupun sosialnya.
Dalam proses konseling akan terjadi komunikasi interpersonal antara konselor dengan klien, yang mencangkup lima macam sumber hambatan yang mungkin timbul dalam komunikasi sosial dan penyesuain diri antar budaya, yaitu : (a) perbedaan bahasa; (b) komunikasi non-verbal; (c) stereotipe; (d) kecenderungan menilai; dan (e) kecemasan. Terkait dengan layanan bimbingan dan konseling di Indonesia, Moh. Surya (2006) mengetengahkan tentang tren bimbingan dan konseling multikultural, bahwa bimbingan dan konseling dengan pendekatan multikultural sangat tepat untuk lingkungan berbudaya plural seperti Indonesia. Bimbingan dan konseling dilaksanakan dengan landasan semangat bhinneka tunggal ika, yaitu kesamaan di atas keragaman. Layanan bimbingan dan konseling hendaknya lebih berpangkal pada nilai-nilai budaya bangsa yang secara nyata mampu mewujudkan kehidupan yang harmoni dalam kondisi pluralistik.
4.      Landasan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK)
Layanan bimbingan dan konseling merupakan kegiatan profesional yang memiliki dasar-dasar keilmuan, baik yang menyangkut teori maupun prakteknya. Pengetahuan tentang bimbingan dan konseling disusun secara logis dan sistematis dengan menggunakan berbagai metode, seperti: pengamatan, wawancara, analisis dokumen, prosedur tes, inventory atau analisis laboratoris yang dituangkan dalam bentuk laporan penelitian, buku teks dan tulisan-tulisan ilmiah lainnya.
Moh. Surya (2006) mengemukakan bahwa sejalan dengan perkembangan teknologi komputer interaksi antara konselor dengan individu yang dilayaninya (klien) tidak hanya dilakukan melalui hubungan tatap muka tetapi dapat juga dilakukan melalui hubungan secara virtual (maya) melalui internet, dalam bentuk “cyber counseling”. Dikemukakan pula, bahwa perkembangan dalam bidang teknologi komunikasi menuntut kesiapan dan adaptasi konselor dalam penguasaan teknologi dalam melaksanakan bimbingan dan konseling.
5.      Landasan religius atau Agama
Landasan religius atau agama dalam layanan bimbingan dan konseling ditekankan pada tiga hal pokok, yaitu : (a) manusia sebagai makhluk Tuhan; (b) sikap yang mendorong perkembangan dari perikehidupan manusia berjalan ke arah dan sesuai dengan kaidah-kaidah agama; dan (c) upaya yang memungkinkan berkembang dan dimanfaatkannya secara optimal suasana dan perangkat budaya (termasuk ilmu pengetahuan dan teknologi) serta kemasyarakatan yang sesuai dengan dan meneguhkan kehidupan beragama untuk membantu perkembangan dan pemecahan masalah. Ditegaskan pula oleh Moh. Surya (2006) bahwa salah satu tren bimbingan dan konseling saat ini adalah bimbingan dan konseling spiritual. Berangkat dari kehidupan modern dengan kehebatan ilmu pengetahuan dan teknologi serta kemajuan ekonomi yang dialami bangsa-bangsa Barat yang ternyata telah menimbulkan berbagai suasana kehidupan yang tidak memberikan kebahagiaan batiniah dan berkembangnya rasa kehampaan. Dewasa ini sedang berkembang kecenderungan untuk menata kehidupan yang berlandaskan nilai-nilai spiritual. Kondisi ini telah mendorong kecenderungan berkembangnya bimbingan dan konseling yang berlandaskan spiritual atau religi.
B. Prinsip-Prinsip Bimbingan dan Konseling
Prinsip-prinsip yang dimaksud disisni ialah hal-hal yang dapat menjadi pegangan didalam proses bimbingan dan konseling. Perisip-prinsip bimbingan dan konseling secara garis besar dikelompokkan menjadi dua kelompok Prinsip-prinsip umum dan prinsip-prinsip khusus:
1.      Prinsip-prinsip Bimbingan dan Konseling umum:
a.       Karena bimbingan ini berhubungan dengan bersikan dan tingkah laku individu, perlu diingat bahwa sikap dan tingkah laku individu itu terbentuk dari segala aspek keperibadian yang unik karena dipengaruhi oleh pengalaman-pengalaman.
b.      Perlu dikenal dan dipahami karakteristik individual dari individu yang dibimbing.
c.       Bimbingan diarahkan kepada bantuan yang diberikan supaya individu yang bersangkutan mampu membantu dirinya sendiri daloam menghadapi kesulitannya.
d.      Bimbingan dimulai dengan indentifikasi kebutuhan yang dirasakan oleh individu yang dibimbing.
e.       Program bimbingan harus sesuai dengan program pendidikan sekolah yang bersangkutan.
f.       Untuk mendapatkan hasil yang maksimal pelaksanaan program bimbingan hrus dipimpin oleh seseorang petugas yang memiliki keahlian dalam bidang bimbingan dan dapat bekerjasa dengan pembantunya, untuk penenangan masalah.
g.      Pelaksanaan layanan bimbingan ini harus diadakan penelitian secara teratur.
2.      Prinsip-prinsip khusus yang berhubungan dengan individu yang dibimbing (klien)
a.       Pelayanan bimbingan harus diberikan kepada semua individu (siswa).
b.      Harus ada kriteria untuk mengatur prioritas pelayanan bimbingan kepada individu tertentu.
c.       Program bimbingan harus berpusat pada siswa.
d.      Pelayanan bimbingan harus dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan individu secara serba ragam dan serba luas.
e.        Keputusan terakhir dalam proses bimbingan ditentukan oleh individu yang dibimbing.
f.       Individu yang telah mendapat bimbingan harus berangsur-angsur dapat membimbing dirinya sendiri.
3.      Prinsip-.prinsip khusus yang berhubungan dengan individu yang memberikan bimbingan (konselor)
a.       Petugas-petugas bimbingan harus melakukan tujuannya sesuai dengan kemampuannya.
b.      Petugas-petugas bimbingan hendaknya dipilih atas dasar kualifikasi kepribadian, pendidikan, pengalaman dan kemampuannya.
c.       Petugas-petugas bimbingan harus mendapat kesempatan untuk menyeimbangkan dirinya serta keahliannya melalui berbagai latihan, misalnya: penataran.
d.      Petugas-petugas bimbingan hendaknya selalu mempergunakan informasi yang tersedia mengenai individu yang dibimbing beserta lingkungannya, sebagai bahàn untuk membantu individu ke arah penyesuaian diri yang lebih baik.
e.       Petugas-petugas bimbingan harus menghormati dan menjaga kerahasiaan informasi individu yang dibimbingnya.
f.       Petugas-petugas bimbingan hendaknya mempergunakan berbagai jenis metode dan teknik yang tepat dalam melakukan tugasnya.
g.      Petugas-petugas bimbingan hendaknya memperhatikan dan memper gunakan basil penelitian dalam bidang minat, kemampuan dan hasil belajar individu untuk kepentingan perkembangan kurikulum sekolah yang bersangkutan.
4.      Prinsip-prinsip khusus yang berhubungan dengan organisasi dan
Administrasi Bimbingan
a.       Bimbingan harus dilaksanakan secara kontinyu.
b.      Dalam pelaksanaan bimbingan harus tersedia kartu pribadi bagi setiap individu.
c.       Program bimbingan harus disusun sesuai dengan kebutuhan sekolah yang bersangkutan.
d.      Pembagian waktu harus diatur untuk setiap petugas secara baik.
e.       Bimbingan harus dilaksanakan dalam situasi individual dan dalam situasi kelompok, sesuai dengan masalah dan metode yang dipergunakan dalam memecahkan masalah itu.
f.       Sekolah harus bekerjasama dengan lembaga-lembaga di luar sekolah yang rnenyelenggarakan pelayanan yang berhubungan dengan bimbingan dan konseling pada umumnya.
g.      Kepala sekolah memegang tanggung jawab tertinggi dalam pelaksanaan dan perencanaan program bimbingan dan konseling.
C.   Pendekatan-Pendekatan Bimbingan Dan Konseling
Menurut pandangan Gerald Corey (2005), menguraikan berbagai pendekatan dalam bimbingan dan konseling sebagai berikut.
1.      Pendekatan Psikoanalitik
Manusia pada dasarnya ditentukan oleh energi psikis dan pengalaman-pengalaman dini. Motif dan konflik tak sadar adalah sentral dalam tingkah laku sekarang. Adapun perkembangan dini penting karena masalah-masalah kepribadian berakar pada konflik-konflik masa kanak-kanak yang direpresi.
2.      Pendekatan Eksistensial-Humanistik
Berfokus pada sifat dari kondisi manusia yang mencakup kesanggupan untuk menyadari diri, kebebasan untuk menentukan nasib sendiri, kebebasan dan tanggug jawab, kecemasan sebagai suatu unsur dasar, pencarian makna yang unik didalam dunia yang tak bermakna, ketika sendirian dan ketika berada dalam hubungan dengan orang lain, keterhinggaan dan kematian, dan kecenderungan untuk mengaktualkan diri.
3.      Pendekatan Clien-Centered
Pendekatan ini memandang manusia secara positif bahwa manusia memiliki suatu kecenderungan ke arah berfungsi penuh. Dalam konteks hubungan konseling, mengalami perasaan yang sebelumnya diingkari. klien mengaktualkan potensi dan bergerak kearah peningkatan kesadaran, spontanitas, kepercayaan kepada diri, dan keterarahan.
4.      Pendekatan Gestalt
Manusia terdorong kearah keseluruhan dan integrasi pemikiran perasaan serta tingkah laku. pandangannya anati deterministik dalam arti individu dipandang memiliki kesanggupanuntuk menyadaribagaimana pengaruh masa lampau berkaitan dengan kesulitan sekarang.
5.      Pendekatan Analisis Transaksional
Manusia dipandang memiliki kemampuan memilih. apa yang sebelumnya ditetapkan, bisa ditetapkan ulang. meskipun manusia bisa menjadi korban dari putusan-putusan bingung dan sekenario kehidupan, aspek-aspek yang mengalihkan diri bisa diubah dengan kesadaran.
6.      Pendekatan Tingkah Laku
Manusia dibentuk dan dikondisikan oleh pengondisian sosial budaya. pandangannya deterministik, dalam arti, tingkah laku dipandang sebagai hasil belajar dan pengondisian.
7.      Pendekatan Rasional Emotif
Manusia dilahirkan dengan potensi untuk berpikir rasional, tetapi juga dengan kecenderungan-kecenderungan kearah berpikir curang. mereka cenderung untuk menjadi korban dari keyakinan-keyakinan yang rasional dan untuk mereindoktrinasi dengan keyakinan-keyakinan yang irasional itu, tetapi berorientasi kognitif-tingkah laku-tindakan, dan menekankan berpikir, menilai, menganilisis, melakukan, dan memutuskan ulang. modelnya adalah didaktif direktif, tetapi dilihat sebagai proses reduksi.
8.      Pendekatan Realitas
Pendekatan realitas berlandaskan motivasi pertumbuhan dan anti deterministik.




BAB III
SIMPULAN
Berdasarkan uraian di atas dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
Sebagai sebuah layanan profesional, bimbingan dan konseling harus dibangun di atas landasan yang kokoh. Landasan bimbingan dan konseling yang kokoh merupakan tumpuan untuk terciptanya layanan bimbingan dan konseling yang dapat memberikan manfaat bagi kehidupan. Landasan bimbingan dan konseling meliputi : (a) landasan filosofis, (b) landasan psikologis; (c) landasan sosial-budaya; dan (d) landasan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Dan dalam penerapannya dilapangan kita sebagai konseler harus memahami prinsip-prinsip dari bimbingn dan konseling itu sendiri. Prinsip-prinsip BK merupakan pemanduan hasil-hasil teori dan praktek yang dirumuskan dan dijadikan pedoman dan dasar bagi penyelenggaraan pelayanan. Selain itu faktor penting lainnya adalah perbedaan sifat manusia, kondisi manusia, pribadi manusia, dll.  Maka sebagai seorang konseler yang propesional, untuk memahami dan mengerti klien kita, pemahaman mengenai pendeketan pendekatan bimbingan dan konseling harus terkuasai dan dapat di implementasikan.


DAFTAR PUSTAKA
Salahudin Anas. Bimbingan dan Konseling. Bandung: Pustaka Setia. 2010.
blogspot.2010.dasar prinsip dan pendekatan bimbingan dan konseling. Tersedia di : http://pandidikan.blogspot.com/2010/11/dasar-prinsip-dan-pendekatan bimbingan.htmlpendekatan [15 oktober 2011]
wordpress.2008.landasan bimbingan dan konseling. Tersedia di : http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/01/25/landasan-bimbingan-dan-konseling/ [16 oktober 2011]


0 komentar: