1.
Teori
Big Bang
Teori ini menyatakan bahwa alam semesta bermula
dari ledakan besar (Big Bang) sekitar 10-20 Milyar tahun yang lalu, Semua
materi dan energi
yang kini ada di alam terkumpul dalam satu titik tak berdimensi yang
berkerapatan tak terhingga. Tidak ada satu titik pun di alam semesta
yang dapat dianggap sebagai pusat ledakan. Dengan kata lain ledakan besar alam
semesta tidak seperti ledakan bom yang meledak dari suatu titik ke segenap
penjuru. Hal ini karena pada hakekatnya seluruh alam turut serta dalam ledakan
itu. Lebih tepatnya, seluruh alam semesta mengembang tiba-tiba secara serentak.
Ketika itulah mulanya terbentuk ruang dan waktu.
Berdasarkan
Teori Big Bang bahwa seluruh materi dan energi di langit dan di bumi berasal dari
kesatuan pada awal penciptaannya, peristiwa ini di isyaratkan juga di dalam
Al-Qur’an Qs. Al-Anbiya : 30
“
Tidaklah tahu orang-orang kafir itu bahwa sesungguhnya langit dan bumi berasal
dari satu kesatuan kemudian kami pisahkan.” ( Qs. Al-Anbiya : 30)
Seperti
telah dibahas terlebih dahulu, langit yang dimaksud yang disini adalah seluruh
benda-benda luar angkasa. Semuanya berasal dari satu materi dasar yang berupa hidrogen.
Dari reaksi nuklir (fusi) di dalam bintang terbentuklah unsur-unsur berat dalam
komposisi materi bintang merupakan salah satu “akte“ lahir bintang. Bintang-bintang yang
mengandung banyak unsur berat berarti bintang itu “generasi muda” yang
memanfaatkan materi-materi sisa ledakan bintang-bintang tua. Materi pembentuk
bumi pun diyakini berasal dari debu dan gas antar bintang yang berasal dari
ledakan bintang dimasa lalu. Jadi seisi alam ini memang berasal dari satu
kesatuan.
2.
Model
Keadaan tunak
Teori
Keadaan tunak yang diusulkan tahun 1948 oleh H. Bondi,T.Gold, dan F. Hoyle dari
Universitas Camridge, menurut teori ini alam semesta tidak ada awalnya dan
tidak akan berakhir. Alam semesta selalu terlihat tetap seperti sekarang. Materi secara terus
menerus datang berbentuk atom-atom
hidrogen dalam angkasa
(space) yang membentuk galaksi baru dan mengganti galaksi lama yang bergerak
menjauhi kita dalam ekspansinya. Dalam keadaan tunak (mantap), tidak ada bola
api kosmik, karenanya radiasi latar (Baground radiation) bukan temperatur 3 K.
Jika identifikasi radiasi ini benar, maka hipotesa keadaan tunak (tetap) adalah
salah. Tetapi jika diperoleh penjelasan lain untuk radiasi 3 K maka seluruh
persoalan (subjek) dapat dibangkitkan kembali selama tahun 1960-an, dari
astronomi radio jelas terkesan bahwa densitas ruang (jumlah perkubik parsec)
galaksi yang mengemisikan radio lebih jauh jaraknya pada masa yang lalu daripada
masa sekarang. Tampaknya gagasan ini berbeda bahwa alam semesta selalu sama dan
rupanya menyimpang dari model keadaan tunak.
Beberapa
pakar kosmologi dan fisikawan teoritis menggugat bahwa alam ada awalnya.
Beberapa teori lain menyatakan bahwa tidak ada batas dalam waktu, tidak ada
singularitas Big Bang. Ini misalnya dikemukakan oleh Maddox (1989) dan
Levy-Leblon (1989) serta dalam buku
popular Hawking (1989). Mereka berpendapat bahwa tidak ada batas waktu yang
dapat disebut sebagai awal
penciptaan alam semesta. Hawking dalam buku “A Brief History Of Time”
menyebutnya “ No-boundary conditions”. Model matematis itu menyatakan bahwa
alam semesta berhingga ukurannya tetapi tanpa batas dalam ruang dan waktu.
Dengan
menggunakan keadaan tak
terbatas Hawking menyatakan bahwa alam
semesta mulai hanya dengan keacakan minimum yang memenuhi prinsip ketidak
pastian. Kemudian alam semesta mulai mengembang dengan pesat. Dengan prinsip
ketidakpastian ini, dinyatakan bahwa alam semsta tak mungkin sepenuhnya
seragam, karena disana-sini pasti di dapati ketidakpastian posisi dan kecepatan
partikel-partikel, dalam alam semesta yang sedang mengembang ini kerapatan
(density) suatu tempat kan berbeda dengan tempat lainnya. Gravitasi menyebabkan
daerah yang berkerapatan tinggi makin lambat mengembang dan mulai memampat
(berkontraksi) pemampatan inilah yang akhirnya membentuk galaksi
bintang-bintang, dan semua benda-benda langit.
Berdasarkan
model tersebut Hawking menyatakan, “Sejauh anggapan bahwa alam semesta bermula,
kita menganggap ada Sang Pencipta.
Tetapi, jika alam semesta sesungguhnya ada dengan sendirinya, tak
terbatas tak bertepi, tanpa awal dan akhir, lalu dimanakah peran sang pencipta”.
Tetapi
kita sebagai muslim tidak mungkin mempertanyakan
peran Sang pencipta dimana, kita meyakini bahwa Sang Pencipta itu ada . Dia-lah
yang menciptakan alam semesta ini, tetapi cara Allah SWT menciptakan alam
semesta ini tak mungkin sama dengan apa yang digambarkan oleh manusia. Seperti
dalam firman Alloh yang berbunyi: “Tak ada suatu pun yang
menyamainya “ (Qs. Al-Ikhlas:4).
Pengembangan
alam semesta menurut astronomi dan Al-Qur’an “ Alloh menjelaskan bahwa benda-benda
langit tidaklah statis, tetapi terus mengembang sejak pembentukannya “. Seperti
yang dijelaskan dalam Qs. Adz-Dzariat :
47
Artinya:
“ Dan langit Kami bangun dengan kekuasaan Kami. Sungguh Kami kuasa
meluaskannya.”
3.
Model
Osilasi
Teori
osilasi menduga bahwa alam semesta tidak ada awal dan tidak ada akhirnya. Dalam
model osilasi dikemukakan bahwa sekarang alam semesta itu tidak konstan,
melainkan berekspansi yang dimulai dengan dentuman besar (Big Bang), kemudian
beberapa waktu yang akan datang gravitasi mengatasi efek ekspansi ini sehingga
alam semesta akan mulai mengempis (Collapse), akhirnnya mencapai titik
koalisensi (gabungan) asal dimana temperatur dan tekanan tinggi akan memecahkan
semua materi kedalam partikel-partikel elementer (dasar) sehingga terjadi
dentuman besar baru dan ekspansi mulai lagi.
Berdasarkan
Teori Big Bang bahwa seluruh materi dan energi
di langit dan di
bumi berasal dari kesatuan pada awal penciptaannya,
peristiwa ini di isyaratkan juga di dalam Al-Qur’an Qs. Al-Anbiya : 30.
Bintang
merupakan benda langit yang memancarkan cahaya sendiri, Galaksi merupakan kumpulan
bintang-bintang, yaitu anggota tata surya yang terdiri dari matahari,
planet-planet, satelit-satelit, komet, meteor, dan asteroid yang bergabung
dalam satu kelompok.
Pada
tahun 1926, Edwin Hubble membuat klasifikasi galaksi menurut bentuknya, yaitu :
1.
Galaksi Berbentuk Spiral
Galaksi bentuk spiral merupakan bentuk umum galaksi yang
dikenal manusia. Oleh karena itu, bila kita mendengar kata galaksi, maka
pikiran kita akan langsung tertuju pada galaksi berbentuk spiral. Kira-kira 75%
galaksi-galaksi yang terang mempunyai bentuk spiral, seperti galaksi bimasakti
dan galaksi andromeda. Galaksi berbentuk spiral berotasi dengan kecepatan yang
lebih besar dibandingkan galaksi bentuk lainnya. Kecepatan berotasi galaksi
inilah yang menyebabkan galaksi spiral berbentuk pipih. Besar kecilnya
kecepatan rotasi galaksi berantung pada massa galaksi tersebut. Galaksi bentuk
spiral mempunyai kecepatan berotasi yang berbeda-beda. Semakin kearah pusat
galaksi, kecepatan rotasinya semakin besar.
2.
Galaksi Berbentuk Elips
Sesuai dengan namanya galaksi ini terlihat seperti elips,
meskipun sebenarnya manusia sulit untuk menentukan bentuk galaksi secara pasti.
Galaksi bertipe elips ada yang berbentuk bundar dan ada pula yang berbentuk
bola pepat. Galaksi yang berbentuk elips adalah galaksi yang terdapat pada rasi
bintang virgo.
3.
Galaksi Tak Beraturan
Galaksi bentuk ini adalah galaksi yang
tidak simetri dan tidak mempunyai bentuk khusus. Materi yang terkandung dalam
galaksi jenis ini adalah gas dan debu-debu. Galaksi yang tak beraturan
bentuknya adalah galaksi awan Magellan besar dan awan Magellan kecil yang
merupakan galaksi terdekat dengan galaksi bima sakti.
Referensi
:
Shihab,M.Quraish.1997.Mukjijat Al-Qur’an. Bandung:Mizan
Rahman, Afzalur.2007.Ensiklopedia Ilmu
Dalam Al-Qur’an. Bandung: Mizan Pustaka
Tjasyono, Bayong. 2009. Ilmu Kebumian dan Antariksa. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Tjasyono, Bayong. 2009. klimatologi. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Adriana, wisti, dkk. 1995. Perjalanan Mengenal Astronomi. Bandung:
ITB.
Gunawan, Admiranto. 2000. Menjelajahi Bintang Galaxy dan Alam Semesta.
Yogyakarta: Kanisius.
Radimun, Iratus dkk. 1999. Ensiklopedi Singkat Astronomi dan Ilmu Yang
Bertautan. Bandung: ITB.
Mulyo, Agung. 2004. Pengantar Ilmu Kebumian, Pengantar Pengetahuan Geologi untuk Pemula.
Bandung: Pustaka Setia.
http://www.google.com/imgres/http://karinemangtengal.blogspot.com/2011/08/bagaimana-terbentuknya-tata-surya-.